PIDATO JIZUN

Ahmad Munjizun

 

(pdlFile.com) “Terima kasih atas pundak kalian untukku menangis saat aku down. Aku tahu bahwa laki-laki mestinya tidak menangis, tapi saat ini aku ingin menangis.” -Jizun-

Read More

Kalimat di atas sekilas tampak sederhana. Tapi saya katakan tidak. Kalimat di atas sangat mewah, mahal dan menyimpan energi besar. Sebenarnya sekuat apapun kalimat di atas jika diucapkan oleh saya (misalnya), atau orang-orang -yang nasibnya- “biasa” akan sangat (tetap) tak mengandung makna. Itu pasti. Lantas, kalimat di atas kini menjadi quotes penuh inspirasi karena diucapkan oleh seorang jizun. Ya Jizun namanya. Ia adalah seorang peraih doktor, lulusan S3 di Amerika yang berasal dari desa nan terdalam di Lombok, Indonesia. Jizun adalah anak seorang peternak kuda poni dan sapi.

“Aku tidak tahu, bahwa aku akan menjadi doktor suatu saat dalam hidupku.Akupun awalnya tidak bisa berbahasa Inggris,” katanya dalam sebuah pidato.

Mengapa pidato Jizun -saat testimoni gelar doktor- menjadi sangat demikian inspiratif? Bukankah banyak peraih S3 secara ragam latar belakang dari Indonesia yang juga membanggakan? Betul. Itu sangat betul. Banyak lagi contoh inspirasi yang bisa digali dari prestasi bangsa indonesia di luar negeri. Tapi perlu diingat, jizun adalah anak desa, anak seorang peternak, dan satu lagi anak lombok. Sebuah pulau di Timur Indonesia yang penuh eksotik dan kaya budaya. Apa yang bisa kita bayangkan ? Semangat, kerja keras, kesungguhan dan jiwa pantang menyerah. Jizun adalah paket lengkap semua persyaratan untuk menjadi berhasil.

“Tinggal jauh dari rumah,aku tidak punya keluarga di sini. Tapi aku punya teman yang aku  anggap keluarga. Mereka di situ,” ucap Jizun sembari menunjuk teman-temannya dengan sekuat tenaga menahan airmata. Ia tahan dengan tersenyum. Hampir saja air matanya yang tampak berlinang menetes. Kembali ia redam dengan menceritakan betapa bahagianya dia. Betapa bersyukurnya dia. Dan betapa berterima kasihnya dia.

“Untuk motivator dan inspirator terhebat dalam hidupku, walau mereka tak di sini secara fisik, mereka sedang menontonku dari Indonesia. Ibuku dan ayahku, dan semua saudaraku, keluargaku. Terimakasih banyak telah mendukungku, dan mengantarku sampai titik ini, dan menjadikanku sebagai diriku hari ini,” lanjutnya.

Ada banyak hal yang bisa dipelajari dari isi pidato jizun. Betapa energi besar yang selalu menjadi motivator dan inspirator baginya adalah orangtua, saudara dan keluarga. Bagi Jizun, mereka semua adalah penyemangat kegigihan dan kerja kerasnya. Motivasi yang indah. Dan Jizun berhasil membuktikannya. Membuat bangga orangtua, keluarga dan negara Indonesia. Hadiah teristimewa dari anak bangsa untuk negara.

Kisah Jizun adalah bukti bahwa siapapun layak untuk berhasil, selama dibarengi dengan do’a, kerja keras dan kegigihan.

“Hari ini adalah bukti bahwa kerja keras dan kegigihan menghasilkan sesuatu yang lebih baik dan semakin baik. Menghasilkan sesuatu yang kami tidak pernah bayangkan dalam hidupmu,” tegasnya. (Mustaqiem Eska) ###

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *