Menggali Sumber Kepekaan

Menggali Sumber Kepekaan

Mustaqiem Eska

Belajar berbuat baik bisa dari mana saja. Alam yang selalu menyajikan kehidupan dan kematian, membelejarkan tentang kerja keras dan ibadah.

Melihat matahari yang selalu terbit begitu fajar menghujung dengan perlahan-lahan pendaran indah cahaya matahari bergeser terus meninggi adalah tempat belajar dan mengingatNya. Sama dengan ketika senja, rembulan selalu muncul dengan hitungan hari, semua itu menandakan kehidupan dan kebesaranNya.

Pada pagi yang indah, berjalanlah di sebuah taman yang dipenuhi dengan rumput, bunga dan pohon-pohon indah. Sesekali mencoba bercengkerama dengan bahasa mereka, sembari menangkap keindahannya sehingga membuat diri terus bertasbih atasNya, Robbul Izzaty. Perhatikan bagaimana sumringahnya setiap daun yang kita siram air di atasnya. Perhatikan dalam beberapa minggu, bulan hingga tahun, bahwa baik rumput, bunga atau pohon-pohon itu tumbuh dengan subur dan tidak layu. Bayangkan jika setiap tetes air dan pupuk yang kita hadiahkan padanya kita iringkan juga dengan sholawat dan do’a, tentu rumput, bunga dan pohon yang juga makhluk itu sangat senang dan bahagia.

Atau mungkin, sesekali kita bercengkerama dengan setiap hewan, entah itu burung, kucing atau semut sekalipun. Kepada burung, bebaskan ia dan berilah ia makan di setiap waktu yang sama, maka burung-burung itu akan menjadi habbit untuk mendatangimu yang setia memberi makan dan minum atasnya. Begitu juga dengan kucing, sayangilah ia, pelihara dengan ketulusan. Maka ia akan menghadiahkan sorot mata cinta padamu lewat kelucuannya. Bahkan cobalah teteskan sedikit air di celah-celah dekat tempat semut bersarang. Lihatlah awalnya hanya satu dua semut yang meminumnya. Tapi perhatikan beberapa menit berikutnya, maka sebanyak temannya akan mendatangi tempat air minum itu, dan -juga- meminumnya. Bayangkan, jika setiap gerak langkahmu dalam menyayangi mereka, disertakan dengan sholawat dan do’a, sungguh hati pastilah akan menjadi sangat lembut dan peka atas karuniaNya.

Ya, sebuah sumber kepekaan yang kita gali dari kebaikan-kebaikan dan keikhlasan hati dalam menjaga cinta terhadap sesama makhlukNya. Bisa jadi, sumber kepekaan itu akan mengantarkan habbit diri atas tindakan kebaikan-kebaikan lain yang mungkin bisa dikerjakan dengan lebih besar lagi. Kebaikan-kebaikan sederhana yang mungkin bisa berbentuk sekedar menata rapi sandal bagi jamaah di setiap masjid atau mushola. Atau kebaikan yang mungkin berupa kesediaan diri atas membersihkan kamar mandi di setiap waktu menjelang mandinya. Atau mungkin entah itu kebiasaan mengisikan bak mandi untuk orang banyak, menyapu halaman, menjaga kebersihan, menata rapi sebuah ruangan, tidak membiarkan pakaian kotor menumpuk lama, menyeduhkan kopi teman dengan membaca sholawat atas nabiy di setiap putaran adukannya, sama ketika putaran membersihkan beras (mesusi) sebelum menanak nasi: sembari membacakan sholawat atas nabiy, berbagi rejeki dengan memberi makan dan minum bagi siapa yang pantas diberi, tidak berkata kotor, selalu melatih mengucapkan kata-kata yang baik, membiasakan tersenyum, tidak pelit, selalu berprasangka baik terhadap orang, hingga segala wujud kebaikan-kebaikan lain yang bisa dikerjakan dengan sederhana.

Biasanya, setiap kebaikan kecil apapun bentuknya itu adalah ‘hidayah, maunah dan taufiq’ Nya, untuk menuju hidayah yang besar.

Jika suatu hari kita dapatkan lingkungan yang membuat kita dekat kepada Tuhan, dan lingkungan yang selalu dipenuhi dengan pesan kebaikan dan pesan kesabaran, maka bersyukurlah. Karena itu salah satu tanda bahwa kita sudah berada di ruangan ‘tanda-tanda’ surga. Sebab tak pernah terdengar bagi kita sebuah ucapan sia-sia dan dan dusta.

لَا يَسْمَعُونَ فِيهَا لَغْوًا وَلَا كِذَّابًا

“Di dalamnya mereka tidak mendengar perkataan yang sia-sia dan tidak (pula perkataan) dusta.” (QS. Annaba : 35) *** Wallohu ‘alam

Related posts