Filosofi Grading
Mustaqiem Eska
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْناكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثى وَجَعَلْناكُمْ شُعُوباً وَقَبائِلَ لِتَعارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”. (Qs. al-Hujurat: 13)
—————–
Sesungguhnya, aggregat adalah sebuah kesatuan dari ragam jenis materi. Aggregat sendiri mengandung unsur debu, pasir, dan batuan yang berbeda-beda ukuran. Bahkan ada yang berbentuk bulat, ada yang lonjong, ada juga yang polos, ada yang besar pori-porinya, ada yang rapat. Secara abrasi, agregat ada yang kuat ketahanannya dan ada yang rapuh. Secara fraksi jika diurai antara agregat halus dan agregat kasar sudah berbeda berat jenisnya. Demikian juga seperti yang terjadi pada tanah, ia adalah sekumpulan fraksi material dengan beragam ukuran dari yang halus, sedang, sampai yang kasar. Belum lagi porsi kadar air yang mengikat gabungan fraksi material tersebut. Jika kadar air terlalu besar, maka tanah akan terlihat lembek berlumpur, sedangkan kalau kadar air terlalu sedikit maka tanah akan kering dan pecah tidak ada ikatan. Sebuah kadar air yang ideaal adalah tersusun secara optimum.
Baik pada aggregat maupun tanah, untuk mengetahui struktur kompisisi campurannya, maka aggregat atau tanah itu harus diurai melalui test gradasi (sieve analysis test). Hasil test gradasi inilah nantinya yang akan menunjukkan masing-masing ukuran. Secara per-fraksi masing-masing ukuran menemukan wilayah pendistribusiannya sendiri-sendiri. Yang ukuran halus otomatis akan masuk ke dalam golongan halus, yang ukuran sedang akan masuk pada golongan sedang, sementara ukuran yang kasar (besar) pun akan masuk ke dalam golongan kasar.
Pendistribusian material melalui grading ini tidak lah mungkin tertukar posisi. Misal ukuran besar masuk ke dalam golongan kecil, ukuran yang sedang masuk ke dalam golangan besar, atau bahkan ukuran yang besar akan masuk ke saringan ukuran yang halus. Itu tidak mungkin. Karena masing fraksi menempati wilayahnya sendiri-sendiri. Untuk memastikan masing-masing fraksi tidak salah tempat, maka struktur komposisi saringan yang paling halus adalah paling bawah. Kemudian di atasnya adalah lapisan ukuran saringan yang sesuai fraksi di atasnya, berikut terus membesar hingga, lapisan ukuran saringan teratas adalah yang paling besar (ukuran kasar).
Dan jika secara penempatan kelas ukuran saringan dirasa sudah sesuai dan tepat, maka perlu adanya proses goncangan untuk beberapa waktu.(biasanya menggunakan manual tangan atau alat pengguncang yang bernama sieve shaker). Tujuannya adalah agar masing ukuran 100% menempati wilayah sesuai golongannya masing-masing. Atau dengan kata lain bahwa hasil pendistribusian dari masing-masing ukuran aggregat tersalurkan benar-benar merata. Namun sebelumnya, bahwa untuk proses penguraian syaratnya adalah merdeka dari ikatan. Kadar air harus 0%, dengan demikian, masing-masing fraksi otomatis akan berkumpul dengan golongannya masing-masing, alias tidak bergabung.
Proses pendistribusian antar fraksi aggregat atau tanah tersebut akan menunjukkan identitas daripada jumlah golongan secara ukuran saringan. Barulah setelah terbentuk identitas daripada ukuran fraksi, maka akan mempermudah membuat desain komposisi kekuatan utuh yang terbentuk dari beragam ukuran saringan. Di sinilah sebuah kesatuan utuh yang tersusun dari jumlah perwakilan ‘size’ akan menemukan mutu yang baik. Selanjutnya, tentang mutu aggregat atau tanah bisa dibaca pada tulisan selanjutnya yang berjudul : Filosofi CBR.
Demikian dengan kondisi manusia. Allah Ta’ala ciptakan dalam keadaan yang berbeda bangsa, berbeda agama, berbeda suku, berbeda latarbelakang, berbeda pekerjaan, berbeda strata, berbeda adat dan istiadat, baik terdiri dari laki-laki dan perempuan, semua adalah dalam rangka agar masing-masing bisa saling mengenal, ta’aruf dan saling bekerjasama.
Perbedaan golongan manusia tidaklah lantas membuat sekat antar golongan. Karena jika satu golongan mengisolasi dari golongan lain, sudah dipastikan akan kehilangan kekuatan. Sebuah golongan yang berdiri sendiri dipastikan akan lemah. Ibarat kawanan domba, ketika satu terpisah dari rombongan, maka srigala akan sangat mudah memangsanya. Ilustrasi tentang domba ini mengisyaratkan bahwa sebagai manusia, hidup berjamaah akan membuat hidup lebih aman dan damai, dibanding terpisah dan sendiri.
Ketentraman persatuan dalam jamaah, pastinya dimulai dari pengenalan akan potensi dari masing-masing individu yang akurat dalam menentukan kelompok komunikasi. Biasanya secara pendistribusian ke setiap kelompok, setelah diketahui tentang kelebihan dan kekurangan dari masing-masing anggota masyarakat dalam sebuah kelompok, maka akan bisa diukur proses penyatuan komposisi kelompok yang mewakili dari masing–masing golongan itu terbentuk dengan proporsional. Hal ini disesuaikan dengan kecocokan dan kepantasan. Secara stimulasi agama, tentu saja yang baik akan kumpul dengan yang baik. Demikian sebaliknya, bahwa yang kurang baik pun, akan otomatis bertemankan dengan yang kurang baik. Peribahasanya, bahwa air dan minyak takkan mungkin menyatu.
“Orang-oranng yang beriman, dan anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka, dan Kami tiada mengurangi sedikit pun dari pahala amal mereka. Tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya.” (QS. At-Thur: 21)
Maka, dengan mengurai identitas masing-masing diri atau kelompok, akan memberikan konstribusi terbaik bekal menyatukan porsi perbedaan. Dalam masyarakat, pelajaran terberat sesungguhnya adalah memahami perbedaan yang ada. Sementara untuk bisa menyatu dalam komposisi yang seirama dalam mutu, sangat dibutuhkan sikap saling faham, saling mengerti, saling memaknai, sikap saling toleransi dan sikap saling memberikan kemanfaatan. Istilah orang beriman adalah selalu saling mendo’akan di antara mereka.
Jika komposisi sebuah kelompok terbentuk dengan asas-asas tersebut di atas, maka tinggal mutu sekuat apa yang hendak di desain. Metode grading sesungguhnya juga mengajarkan tentang bagaimana cara menciptakan kelompok masyarakat yang baik. Yakni dengan mengidentifikasi kepribadian dari masing-masing anggota kelompok masyarakatnya. Sehingga tidak ada istilah : “Jangan ada dusta di antara kita.”