TAKDIR SONHAJI

TAKDIR  SONHAJI

 

Mustaqiem Eska

 

Namanya Sonhaji. penjual es teh. Sederhananya begitu. Mendadak menjadi viral dan terbukti begitu saja menerima keberkahan dari langit dan bumi, setelah seorang Gus Miftah -(terpeleset lidah- di sebuah acara pengajian yang disesaki banyak jamaah.

 

Sementara Miftah Maulana Habiburrahman atau biasa disapa Gus Miftah adalah Utusan Khusus Presiden Bidang Kerukunan Beragama dan Pembinaan Sarana Keagamaan sekaligus seorang mubaligh.

 

Ketika itu, dengan bercanda Gus Miftah -qadarullah- menyapa seorang Sonhaji yang menjual es persis tidak jauh dari panggung pengajian, hingga menarik perhatian Gus Miftah.  Bla bla bla, Gus Miftah pun tanpa sadar -dengan bercanda- bertanya apakah dagangan esnya masih banyak? Dan menjadi persoalan  adalah ketika Gus Miftah menyuruhnya kembali tetapi di ujung perintahnya ada kata “Goblok.” Redaksi lengkapnya “Es tehmu isih akeh (masih banyak)? Ya, sana jual g*blok. Jual dulu, nanti kalau belum laku, ya sudah, takdir,” ucapnya dalam video tersebut kepada Sonhaji seorang pedagang es teh tersebut.

 

Tetapi semua itu sudah selesai. Gus Miftah sebagai orang yang berilmu juga sudah meminta maaf langsung kepada Sonhaji juga publik. Dan Sonhaji sendiri juga sudah menerima dan memaafkan. Tapi cerita terkait qadarullah menjadi panjang. Sebab ada pihak berikutnya yang disebut sebagai netizen. Hemmmm…

 

Kini, cerita terkait Sonhaji dan Gus Miftah alurnya menjadi memanjang. Banyak netizen yang tak henti-henti menghujat Gus Miftah. Ramai netizen yang lantas sangat bersimpati kepada Sonhaji, hingga menghadiahkannya umroh, bahkan ada yang langsung mendatanginya dengan memberikan uang cash seratus juta. Sonhaji benar-benar seperti ketiban durian runtuh. Sementara Gus Miftah terus memanen hujatan hingga tuntutan netizen dicopot dari jabatan Utusan Khusus Presiden Bidang Kerukunan Beragama dan Pembinaan Sarana Keagamaan.

 

Rasanya kata kuncinya adalah Gus Miftah, Sonhaji, Netizen, lidah dan takdir.

 

Kalau saja Gus Miftah bukan mubaligh dan Pejabat publik tentu hal yang sederhana tidak akan berbuntut masalah besar. Kalau saja Sonhaji bukan seorang penjual es teh -di tengah pengajian- tentu juga tak akan menjadi bahan perhatian. Kalau saja netizen tidak memiliki empaty dan pembelaan, tentu alur ceritanya tidak akan memanjang. Kala saja lidahnya tidak mengeluarkan kalimat bernada negatif “Go*lok* tentu tak akan menyayat dan mengalirkan energi  marah. Tapi semua memang takdir. Seperti ujung kalimat Gus Miftah, “” Silakkan dijual es tehnya, kalau tidak laku, itu takdir.”

 

Arti dari kisah ini apa. Penulis lebih melihat kepada pendekatan akan arti sebuah takdir dari setiap apapun kejadian. Begitu sangat mudahnya bagi Allah jika hendak menyatukan jauhnya jarak derajat. Hikmah dari kasus Gus Miftah sang mubaligh kondang dan sekaligus yang seorang pejabat dengan Sonhaji yang seorang penjual es akhirnya dipertemukan oleh Allah, setelah keduanya berhasil ditakdirkan  memerankan dua karakter yang berbeda dalam panggung hikmah. Gus Miftah adalah tokoh antagonis, Sonhaji menjadi tokoh protagonis, dan anggap saja netizen sebgai pendukung tokoh tritagonis. Dan terjadilah alur cerita seperti di atas.

 

Pastinya, sebenarnya cerita sudah usai. Pemeran tokoh antagonis dan protagonis sudah saling berpelukan. Layar pun sudah digulung dan lampu dimatikan. Tapi entah kenapa, tiba-tiba pemeran tokoh tritagonis masih saja ramai memenuhi panggung. Nah, menjadi penasaran berikutnya, jangan sampai memberikan sedekah dan hadiah umrah karena berlatar belakang dari rasa kemarahan, balas dendam, kebencian atau rasa jumawa atas setiap kesalahan. Sebagai manusia, takdirnya adalah salah dan lupa.

 

Mungkinkah,  melalui cerita ini, bahwa Allah ingin mengajarkan kepada siapa saja agar pentingnya belajar menghargai kemanusiaan. Dalam hal apapun. Bahwa berkata mencela -jika tidak pada tempatnya- adalah hal yang buruk. Bahwa ikhtiar mencari rejeki -pun- jangan sampai merusak suasana orang-orang yang sedang tolabul ilmi. Terkadang belajar butuh fokus -kepada- guru.  Selebihnya, netizen adalah “malaikat pengamat” yang diturunkan menyebar ke seluruh permukaan bumi. Maka-hati dalam berkata-kata…..

#wallahu ‘alam

#timika 05122024.

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *