Pabrik Serbu Rantai Pasok Kelapa, Suplier Gulung Tikar

Pabrik Serbu Rantai Pasok Kelapa, Suplier Gulung Tikar

(Tasikmalaya, pdlFile.com) Masuknya pabrik yang langsung membeli kelapa dari petani di kawasan Tasikmalaya dan sekitarnya telah memicu dinamika baru dalam rantai pasok komoditas ini. Artikel ini akan menganalisis dampak dari praktik tersebut, terutama terhadap para suplier yang selama ini menjadi aktor penting dalam distribusi kelapa di wilayah tersebut. Analisis ini akan mencakup aspek ekonomi, sosial, dan kelembagaan yang relevan.

Industri kelapa merupakan salah satu sektor penting dalam perekonomian Indonesia, termasuk di wilayah Tasikmalaya. Selama bertahun-tahun, suplier lokal telah memainkan peran krusial dalam menjembatani petani dan pasar, baik pasar lokal maupun regional. Namun, dengan masuknya pabrik yang langsung membeli dari petani, peran suplier mulai tergeser.

Akibatnya, secara ekonomi akan berdampak kepada adanya kopetisi harga. Persaingan langsung antara pabrik dan suplier dalam membeli kelapa dari petani dapat menekan harga pembelian. Hal ini dapat merugikan petani yang mungkin tidak mendapatkan harga terbaik, terutama jika mereka tidak memiliki banyak pilihan pembeli.

Terhadap margin keuntungan suplier yang selama ini mendapatkan manfaat dari selisih harga jual dan beli, tentu akan mengalami penurunan margin keuntungan atau bahkan kerugian jika volume penjualan mereka menurun drastis.

Pastinya juga secara biaya, pabrik dengan modal yang lebih besar umumnya mampu menawarkan harga yang lebih kompetitif karena efisiensi biaya yang lebih tinggi. Hal ini menyulitkan suplier kecil untuk bersaing.

Alhasil dampak secara sosia pun terjadi. Dimana petani yang sebelumnya memiliki beberapa pilihan pembeli (suplier) kini cenderung lebih bergantung pada satu pembeli utama yaitu pabrik. Hal ini dapat mengurangi daya tawar petani dalam negosiasi harga. Otomatis, suplier dan pekerja di sektor distribusi kelapa mungkin mengalami pemutusan hubungan kerja atau perubahan pola kerja yang signifikan sebagai akibat dari penurunan volume penjualan.

Suplier kelapa asal Tasikmalaya Tedi Suherman mengaku terkena imbas tidak lagi bisa ikut mengambil rejeki dari usahanya memasok kelapa yang langsung dari petani.

“Sekarang saya kesulitan mensuplai kelapa yang langsung dari petani, pihak pabrik sudah masuk dan menawar harga yang jauh lebih tinggi, sehingga saat ini kami hanya pasrah,” katanya.

Dalam hal ini, pemerintah daerah perlu memiliki regulasi yang jelas terkait pembelian kelapa langsung dari petani oleh pabrik, serta mekanisme perlindungan bagi suplier lokal. Dan pembentukan koperasi petani dapat menjadi salah satu solusi untuk meningkatkan daya tawar petani dan mengurangi ketergantungan pada perantara. (mustaqiem eska)

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *