(pdlFile.com) Dalam Islam, hubungan antara karyawan dan pimpinan tidak hanya diatur oleh kontrak kerja, tetapi juga oleh prinsip-prinsip akhlak yang mulia. Seorang karyawan Muslim dituntut untuk tidak hanya menghormati, tetapi juga patuh dan tunduk pada kebijakan pimpinan, selama kebijakan tersebut tidak bertentangan dengan syariat Islam.
Islam mengajarkan pentingnya menghormati orang yang lebih tua atau memiliki kedudukan lebih tinggi. Ini tercermin dalam hadits Nabi Muhammad SAW:
“Bukanlah termasuk golongan kami orang yang tidak menyayangi yang lebih muda dan tidak menghormati yang lebih tua.” (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi)
Namun, ketaatan seorang karyawan kepada pimpinan memiliki batasan. Islam tidak membenarkan ketaatan buta yang melanggar prinsip-prinsip agama. Jika pimpinan memerintahkan sesuatu yang bertentangan dengan syariat, maka karyawan wajib menolak perintah tersebut.
Menjaga Perasaan Pimpinan dan Mengutamakan Introspeksi
Seorang karyawan Muslim juga dituntut untuk menjaga perasaan pimpinannya. Ini berarti menghindari perkataan atau perbuatan yang dapat menyinggung atau menyakiti hati pimpinan. Selain itu, Islam mengajarkan pentingnya introspeksi diri sebelum mengoreksi orang lain. Ini sesuai dengan sabda Nabi Muhammad SAW:
“Orang yang cerdas adalah orang yang mampu mengintrospeksi dirinya dan beramal untuk kehidupan setelah kematian.” (HR. Tirmidzi)
Dengan mengutamakan introspeksi, seorang karyawan dapat menghindari sikap sombong atau merendahkan pimpinan. Jika ada perbedaan pendapat, karyawan sebaiknya menyampaikan pendapatnya dengan cara yang sopan dan santun.
Selain hadits-hadits di atas, ada beberapa dalil lain yang dapat menjadi acuan bagi seorang karyawan Muslim:
- “Barangsiapa yang memudahkan urusan orang lain, maka Allah akan memudahkan urusannya di dunia dan akhirat.” (HR. Muslim)
- “Sesungguhnya Allah mencintai orang yang apabila melakukan suatu pekerjaan, melakukannya dengan itqan (sempurna).” (HR. Baihaqi)
Hadits-hadits ini mengajarkan pentingnya memberikan yang terbaik dalam pekerjaan dan membantu meringankan beban orang lain.
Menjadi karyawan yang diridhai Allah SWT berarti menggabungkan profesionalisme dengan akhlak mulia. Ini mencakup menghormati dan mematuhi pimpinan dalam batasan syariat, menjaga perasaan mereka, dan mengutamakan introspeksi diri. Dengan demikian, seorang karyawan Muslim tidak hanya berkontribusi pada kemajuan perusahaan, tetapi juga meraih ridha Allah SWT. (mustaqiem eska)