Asal usul Lagu Tob Tobi Tob

 

 

(pdlFile.com) Lagu “Tob Tobi Tob” yang belakangan viral di media sosial, khususnya TikTok, ternyata memiliki sejarah panjang dan akar budaya yang kaya. Lagu ini bukan sekadar melodi yang enak didengar, melainkan juga sebuah karya sastra Arab klasik yang sarat makna.

Lagu “Tob Tobi Tob” berasal dari syair Arab klasik berjudul “Sawt Safir Al-Bulbul” yang diciptakan oleh Al-Ashma’i, seorang penyair Arab yang hidup pada masa pemerintahan Khalifah Harun Ar-Rasyid dari Kekhalifahan Abbasiyah. Syair ini terkenal karena keindahan bahasanya dan kemampuannya untuk menggambarkan suara-suara alam dengan sangat hidup.

Syair “Sawt Safir Al-Bulbul” menceritakan tentang suara-suara alam yang saling berpadu, seperti suara burung bulbul, suara ranting pepohonan, dan suara alat musik. Perpaduan suara-suara ini menciptakan harmoni yang indah dan menenangkan. Dalam konteks budaya Arab, burung bulbul seringkali diasosiasikan dengan keindahan suara dan cinta.

Syair “Sawt Safir Al-Bulbul” telah diwariskan dari generasi ke generasi dalam budaya Arab. Namun, baru-baru ini, syair ini kembali populer setelah diadaptasi menjadi lagu dengan judul “Tob Tobi Tob”. Lagu ini kemudian viral di TikTok dan menarik perhatian banyak orang dari berbagai latar belakang budaya.

Viralitas lagu “Tob Tobi Tob” menunjukkan bahwa karya sastra klasik dapat tetap relevan dan dinikmati oleh generasi muda. Fenomena ini juga menunjukkan kekuatan media sosial dalam menyebarkan karya seni dan budaya lintas batas.

Asal-usul Puisi Sawt Safiri Al-Bulbuli (Tob Tobi Tob)

Lagu Tob Tobi Tob merupakan puisi yang berjudul asli “Sawt Safiri Al-Bulbuli” yang artinya Suara Siulan Burung Bulbul. Ini adalah puisi Arab klasik yang dikenal karena ritme cepat dan permainan katanya yang unik.

Puisi ini sering dikaitkan dengan al-Asma’i, seorang penyair dan ahli bahasa dari era Abbasiyah, yang konon menciptakannya untuk menantang Khalifah Abu Ja’far al-Mansur.

Menurut cerita yang beredar, khalifah memiliki kebiasaan menghafal puisi hanya dengan sekali mendengar, dibantu oleh budak-budaknya yang mampu menghafalnya setelah dua atau tiga kali mendengar.

Dengan cara ini, ia bisa mengklaim bahwa puisi yang disampaikan para penyair bukanlah karya baru dan menghindari memberi hadiah kepada mereka.

Untuk mengatasi hal ini, al-Asma’i menyusun puisi dengan susunan kata yang sulit diingat, penuh pengulangan, dan ritme yang membingungkan. Akibatnya, khalifah dan para pembantunya gagal menghafalnya, sehingga al-Asma’i berhasil memenangkan tantangan tersebut.

Puisi Sawt Safiri Al-Bulbuli (Tob Tobi Tob) menceritakan tentang suara-suara alam dan musik yang terdengar bersamaan, seperti ranting yang berbunyi, alat musik yang dimainkan, dan burung yang berkicau. Semua itu membentuk irama yang alami dan selaras. Berikut lirik lengkapnya.

Berikut lirik lagu Sawt Safiri Al-Bulbuli (Tob Tobi Tob) :

Sawtu shofiiril bulbuliy, hayyaj qalbits tsamili
Al ma-u wazzahru ma’a, ma’zahri nakhthim muqali

(Suara kicauan burung bulbul menggetarkan hatiku yang mabuk cinta
Air dan bunga bersama dengan keindahan yang tak tertandingi)

Wa anta yaa sayyidal liy, wasayyidiy wa maw laliy
Fakam fakam tayammuniy, ‘uzayyilul ‘aqiqali

(Dan engkau, wahai tuanku, junjunganku, dan penguasa hatiku
Begitu besar pesona cintamu yang menawan hatiku)

Fathoftahu miw wajnatin, mil latsmi wardil khajali
Fa qala laa laa laa laa, wa qad ghadaa mu harwili

(Aku memetik dari pipinya mawar yang tersipu malu
Dia berkata, “Tidak, tidak, tidak, karena esok aku akan bergegas pergi”)

Walkhudu maa lat thoraban, min fa’li haa dzar rajuli
Fa wal walat wa wal walat, waliy waliyya way laliy

(Pipi itu berseri bahagia, siapa yang membuatnya demikian?
Aku berkata, “Oh, celaka! Oh, nasib malangku!”)

Faqultu laa tu walwily, Wa bayyinil lu’lu aliy
Qaa lat lahu hiyna kadza, innah dhawijd bil muqali

(Aku berkata, “Jangan menyiksaku, berikanlah mutiara hatimu kepadaku”
Dia berkata, “Jika begitu, angkatlah dan bawalah dengan kelembutan”)

Wa fityatin saqaw lani, qahwat kal’usasiliy
Syamamtuhaa bi-anafi azka minal quruquni

(Aku mencicipi kopi di pasar seperti madu yang manis
Aku menghirup aromanya, lebih harum dari cengkeh)

Fi wasthi bustanil huliy bilzahri wasururuliy
Wa’ludu dandan dana li, watoblu tob tob tobali

(Di tengah taman yang indah, penuh bunga dan kebahagiaan
Kecapi berbunyi ‘dindan din’, dan genderang berdetak ‘tabtab tab’)

Tob tobi tob tob tobi tob tob tobi tob tob tobaliy
Wasaqfu saq saq saqliy wa raqsu qad tho ba iliy

(Tak, tak, tak, dentuman musik menyenangkanku
Atap bergema, dan tarian membuatku Bahagia)

Syawaa syawaa wa syaa hisyu, ‘ala waraq sifarjali
Wagarradil qimriya yishiyhu malalil fii malaliy

(Suara merdu terdengar di antara dedaunan pohon pir
Bulan bersinar terang, tak menghapus impian-impian indahku)

Wa law taraaniy raakiban, ‘ala himarin azzali
Yimsyii ‘ala tsalatsatin kamsyyatil ‘aranjiniy

(Dan andai kau melihatku menunggang keledai kurus
Berjalan dengan tiga kaki seperti pincangnya seseorang)

Wannasu tarjim jamaliy, fissuwqi bil qulqulaliy
Walkullu kalka’ka’ika’ khalfi waminhu waylaliy

(Orang-orang mengomentari keindahanku di pasar dengan kehebohan
Semuanya berceloteh, “keak keak,” di belakangku dan di sekelilingku)

Lakim nasyaytu haa riban, min khasyyatil ‘aqaqali
Ila liqaa-i malikin, mu’adzhdzhamim mubajjali…

(Tapi aku berjalan pergi, melarikan diri dari rasa malu
Untuk menemui seorang raja agung yang terhormat)

Ya’muruliy bikhil’atin, khamra-a kaddam damaliy
Ajurru fiiha maa syiyan, mubghadidal lidzdziyali

(Yang memberiku jubah merah seperti warna darah
Aku berjalan dengan penuh keanggunan, membiarkan ujungnya berkibar)

Anal-adiibul alma’iy, min hayyi’ ardhil mushili
Nadzhimtu qith’an zikhrifat, ya’ajuzu ‘anhal-adbuli
Aquulu fi mathla-‘ihaa shawtu shafiiri bulbuliy

(Aku adalah penyair cerdas dari tanah Arab
Aku merangkai syair indah yang membuat para pujangga terkesima
Aku berkata dalam pembukaannya, “Suara kicauan burung bulbul…”)

Lagu “Tob Tobi Tob” bukan sekadar lagu viral biasa. Di balik melodi yang catchy, terdapat sejarah panjang dan akar budaya yang kaya. Lagu ini merupakan adaptasi dari syair Arab klasik yang indah dan sarat makna. Viralitas lagu ini menunjukkan bahwa karya sastra klasik dapat tetap relevan dan dinikmati oleh generasi muda, serta kekuatan media sosial dalam menyebarkan karya seni dan budaya lintas batas. (mustaqiem eska)

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *