“Mumpung Masih Muda, Bertebaranlah ke Muka Bumi”

(Telaah Sastra)

Oleh : Mustaqiem Eska

 

 

(pdlFile.com)  QS. Al-Jumu’ah ayat 10 yang berbunyi, فَإِذَا قُضِيَتِ الصَّلَاةُ فَانْتَشِرُوا فِي الْأَرْضِ وَابْتَغُوا مِنْ فَضْلِ اللَّهِ وَاذْكُرُوا اللَّهَ كَثِيرًا لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ yang artinya, “Apabila salat telah dilaksanakan, maka bertebaranlah kamu di bumi; carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak agar kamu beruntung,” mengandung perintah yang kaya akan makna. Setelah menunaikan ibadah ritual yang menghubungkan hamba dengan Tuhannya secara vertikal, ayat ini mengarahkan manusia untuk bergerak secara horizontal, menjelajahi bumi, dan mencari karunia Allah.

Mesapi lebih dalam bagaimana ayat suci Al-Qur’an, khususnya Surah Al-Jumu’ah ayat 10, dapat menjadi rujukan cahaya untuk memahami kehidupan sebagai sebuah perjalanan penjelajahan ilmu dan penemuan karunia Ilahi, yang pada akhirnya bermuara pada pengagungan dan kecintaan kepada Sang Pencipta.

Secara filosofi, perintah “bertebaranlah kamu di bumi” dapat diinterpretasikan sebagai metafora untuk semangat eksplorasi dan keingintahuan yang mendalam terhadap alam semesta dan segala isinya. Bumi yang luas ini adalah panggung kehidupan yang penuh dengan tanda-tanda kebesaran Allah atau yang disebut dengan ayat-ayat kauniyah. Ayat-ayat ini terbentang luas dalam setiap fenomena alam, mulai dari pergerakan planet, keindahan flora dan fauna, hingga kompleksitas ekosistem.

Kehidupan, dengan demikian, adalah sebuah perjalanan tanpa akhir untuk menyingkap tabir pengetahuan yang Allah bentangkan melalui ciptaan-Nya. Setiap sudut bumi menyimpan pelajaran, setiap peristiwa alam mengandung hikmah, dan setiap interaksi dengan makhluk lain adalah kesempatan untuk memahami keagungan Sang Khalik. Semangat untuk “bertebaran” ini menuntut keberanian untuk keluar dari zona nyaman, meninggalkan rutinitas yang membatasi, dan membuka diri terhadap pengalaman-pengalaman baru.

Ketika seseorang berani melangkah keluar dari batas-batas yang familiar, ia akan menemukan “karunia Allah” dalam berbagai bentuk. Karunia ini tidak hanya terbatas pada rezeki materi, tetapi juga mencakup ilmu pengetahuan, pemahaman yang lebih dalam tentang diri sendiri dan alam semesta, serta rasa syukur yang tak terhingga atas keindahan ciptaan-Nya. Setiap penemuan baru, setiap pemahaman yang mendalam, menjadi bahan tadabur (perenungan) dan muhasabah diri (introspeksi). Proses ini akan mengantarkan seseorang pada kesadaran yang lebih tinggi tentang kekuasaan dan kasih sayang Allah.

Alam semesta yang luas ini bertransformasi menjadi “ruang dzikir terluas yang tak terbatas.” Keindahan matahari terbit, gemuruh ombak di lautan, hijaunya pepohonan di hutan, semuanya menjadi pengingat akan kebesaran Allah. Setiap kejadian, baik yang menyenangkan maupun yang menantang, menjadi sarana untuk mendekatkan diri kepada-Nya. Dalam setiap tarikan napas, seorang musafir kehidupan akan merasakan ikatan benang mahabah (cinta yang mendalam) kepada Allah Subkhanahu Wata’ala.

Perjalanan ini tidak hanya bersifat fisik, tetapi juga spiritual dan intelektual. Ia adalah perpaduan antara mengamati alam dengan mata kepala, merenungkannya dengan akal, dan merasakannya dengan hati. Semangat “bertebaran” yang diilhami oleh ayat Al-Qur’an ini mendorong manusia untuk menjadi pembelajar sejati, yang tidak pernah berhenti mencari ilmu dan hikmah dari setiap sudut kehidupan.

Kisah-kisah petualangan seorang tokoh yang menjelajahi berbagai negeri dan budaya, menemukan kearifan lokal, dan mengagumi keindahan alam, semuanya dapat menjadi representasi dari semangat “bertebaran” ini. Perjalanan tokoh tersebut tidak hanya mengubah pandangannya tentang dunia, tetapi juga memperdalam keyakinannya kepada Sang Pencipta.

 

Secara Pemuda

Jika meneruskan perintah ayat di atas secara pemuda, maka tagline “Mumpung Masih Muda, Bertebaranlah ke Muka Bumi” bukan sekadar ajakan untuk berpergian, melainkan sebuah hakikat hidup yang mendorong pemuda untuk memanfaatkan potensi diri secara maksimal. Ia adalah seruan untuk berani mengambil risiko, keluar dari zona nyaman, dan menjadikan dunia sebagai ruang belajar yang tak terbatas. Dalam lensa sastra, frasa ini menjadi sumber inspirasi untuk berbagai narasi tentang pertumbuhan, penemuan, dan semangat untuk menjalani hidup yang kaya dan bermakna. Ia mengingatkan kita bahwa masa muda adalah waktu yang berharga untuk menabur benih pengalaman yang kelak akan tumbuh menjadi pohon kebijaksanaan Frasa ini, dalam kesederhanaannya, memancarkan semangat petualangan, eksplorasi, dan pemanfaatan potensi diri selagi usia masih menawarkan keluwesan dan keberanian. Ia bagaikan seruan untuk tidak terpaku pada satu tempat atau satu pemikiran, melainkan untuk melebarkan sayap, menjangkau berbagai pengalaman, dan menaburkan jejak di berbagai penjuru dunia.

Dalam ranah sastra, ungkapan ini dapat diinterpretasikan dalam berbagai lapisan makna. Pertama, secara literal, ia bisa menjadi tema sentral dalam narasi petualangan seorang tokoh muda yang meninggalkan kampung halaman untuk mencari pengalaman baru di dunia luar. Perjalanan ini tidak hanya bersifat fisik, melainkan juga perjalanan batin, di mana sang tokoh menghadapi tantangan, bertemu dengan berbagai karakter, dan pada akhirnya menemukan pemahaman yang lebih dalam tentang dirinya dan dunia.

Lebih jauh lagi, frasa ini dapat menjadi metafora bagi semangat eksplorasi intelektual dan kreatif. “Bertebaran ke muka bumi” dalam konteks ini berarti menjelajahi berbagai disiplin ilmu, mencoba berbagai bentuk ekspresi seni, dan tidak membatasi diri pada zona nyaman intelektual. Masa muda menjadi momentum yang tepat untuk menyerap sebanyak mungkin pengetahuan dan mengembangkan beragam keterampilan, layaknya benih yang disebar untuk tumbuh di berbagai jenis tanah.

Selain itu, ungkapan ini juga mengandung implikasi sosial dan budaya. “Bertebaran” bisa diartikan sebagai menjalin relasi dengan berbagai latar belakang, memahami berbagai perspektif, dan berkontribusi pada berbagai komunitas. Masa muda adalah waktu yang tepat untuk membangun jaringan, belajar tentang toleransi dan empati, serta menorehkan dampak positif di berbagai lingkungan.

Namun, penting untuk dicatat bahwa “bertebaran” tidak selalu berarti bergerak tanpa arah atau tujuan. Justru sebaliknya, semangat ini sebaiknya diimbangi dengan refleksi dan pemahaman diri. Setiap pengalaman, setiap interaksi, dan setiap tempat yang dijelajahi seharusnya menjadi pelajaran yang memperkaya dan membentuk karakter. Proses “bertebaran” yang bermakna adalah yang disertai dengan keinginan untuk belajar, tumbuh, dan memberikan kontribusi yang berarti.

Dalam konteks kajian sastra, tema petualangan dan pencarian jati diri di masa muda seringkali muncul dalam berbagai karya. Novel-novel seperti “Laskar Pelangi” karya Andrea Hirata atau “Perahu Kertas” karya Dee Lestari, meskipun dengan latar belakang dan cerita yang berbeda, menyiratkan semangat untuk keluar dari batasan, mengejar mimpi, dan menemukan makna hidup di tengah berbagai pengalaman.

“Mumpung Masih Muda, Bertebaranlah ke Muka Bumi” bukan sekadar ajakan untuk berpergian, melainkan sebuah filosofi hidup yang mendorong pemuda untuk memanfaatkan potensi diri secara maksimal. Ia adalah seruan untuk berani mengambil risiko, keluar dari zona nyaman, dan menjadikan dunia sebagai ruang belajar yang tak terbatas. Dalam lensa sastra, frasa ini menjadi sumber inspirasi untuk berbagai narasi tentang pertumbuhan, penemuan, dan semangat untuk menjalani hidup yang kaya dan bermakna. Ia mengingatkan kita bahwa masa muda adalah waktu yang berharga untuk menabur benih pengalaman yang kelak akan tumbuh menjadi pohon kebijaksanaan.

Jadi,  “bertebaranlah kamu di bumi” adalah undangan untuk menjadikan seluruh kehidupan sebagai ibadah, sebuah perjalanan spiritual dan intelektual yang tak berujung dalam menjelajahi semesta pengetahuan Allah. Dengan keberanian untuk keluar dari zona nyaman dan membuka diri terhadap karunia-Nya, setiap individu dapat menjadikan alam semesta sebagai ruang dzikir yang tak terbatas, dan setiap hembusan napas sebagai ungkapan cinta kepada Allah Subkhanahu Wata’ala. Maka, “Mumpung Masih Muda, Bertebaranlah ke Muka Bumi.” ***

 

Related posts