Prioritas Lelaki

 

Oleh :Mustaqiem Eska

(pdlFile.com) Dalam labirin kehidupan yang penuh dengan persimpangan pilihan, seorang lelaki dihadapkan pada serangkaian tanggung jawab yang membentuk identitas dan arah hidupnya. Di antara berbagai kewajiban tersebut, terdapat sebuah prioritas utama yang mendasar dan melingkupi segalanya: menjaga diri dan keluarganya agar terhindar dari “api neraka”. Namun, interpretasi “neraka” di sini melampaui konsepsi teologis semata. Ia menjelma menjadi representasi konkret dari keluarga yang dilanda disharmoni, kekurangan, kebodohan, dan kegelisahan – sebuah kondisi duniawi yang dapat menghambat bahkan merenggut kebahagiaan dan ketenangan, serta menjauhkan dari jalan istiqomah beribadah kepada Allah. Oleh karena itu, catatan kaki (setidaknya) ini akan menelusuri skala prioritas seorang lelaki dalam mewujudkan keluarga sakinah sebagai perisai dari “api neraka” dunia, yang pada akhirnya akan mempermudah jalan menuju kebahagiaan ukhrawi.

Prioritas pertama seorang lelaki adalah membangun fondasi keluarga yang kokoh, yang dianalogikan sebagai benteng pertahanan dari gejolak dan ancaman eksternal maupun internal. Fondasi ini terwujud dalam terciptanya keluarga sakinah – sebuah kondisi ideal yang ditandai dengan ketenangan (sakinah), kasih sayang (mawaddah), dan rahmat (rahmah). Lelaki memiliki peran sentral dalam menciptakan atmosfer ini. Ia bukan hanya sekadar pencari nafkah, namun juga pemimpin spiritual dan emosional bagi keluarganya. Kehadirannya yang penuh kasih, kebijaksanaan dalam mengambil keputusan, dan kemampuan untuk menciptakan komunikasi yang sehat menjadi pilar utama dalam merajut keharmonisan. Ketika relasi antar anggota keluarga terjalin dengan baik, dilandasi rasa saling menghormati dan memahami, maka “api neraka” perselisihan dan perpecahan dapat dipadamkan.

Kesejahteraan dan kesehatan keluarga menempati urutan prioritas berikutnya. Seorang lelaki bertanggung jawab untuk memastikan kebutuhan materi dan fisik keluarganya terpenuhi. Ini bukan semata-mata tentang akumulasi kekayaan, namun lebih kepada penyediaan sumber daya yang cukup untuk hidup layak, mendapatkan akses kesehatan yang memadai, dan menciptakan lingkungan yang kondusif bagi pertumbuhan fisik dan mental seluruh anggota keluarga. Kekurangan ekonomi dan kondisi kesehatan yang buruk dapat menjadi “api neraka” yang membakar ketenangan dan memicu stres serta konflik dalam keluarga. Dengan berusaha keras dan cerdas dalam mencari nafkah yang halal dan menjaga kesehatan diri serta keluarga, seorang lelaki berupaya menjauhkan keluarganya dari jurang kesulitan hidup.

Pendidikan keluarga menjadi prioritas krusial lainnya dalam skala nilai seorang lelaki. Pendidikan di sini tidak terbatas pada pendidikan formal di sekolah, namun juga mencakup penanaman nilai-nilai agama, etika, dan pengetahuan umum yang menjadi bekal hidup. Lelaki memiliki tanggung jawab untuk menjadi teladan dan fasilitator pembelajaran bagi anak-anaknya, serta mendorong istrinya untuk terus mengembangkan diri. Keluarga yang terdidik akan memiliki kemampuan untuk berpikir kritis, mengambil keputusan yang tepat dan terukur, serta memiliki pemahaman yang mendalam tentang tujuan hidup. Kebodohan dan ketidakmampuan dalam mengambil keputusan yang bijak dapat menjadi “api neraka” yang menjerumuskan keluarga ke dalam masalah dan penyesalan. Pendidikan yang baik adalah suluh yang menerangi jalan, menghindarkan dari pilihan-pilihan yang salah dan berisiko.

Kebahagiaan di dunia, meskipun bersifat relatif dan sementara, memiliki peran penting dalam mempermudah jalan seorang lelaki untuk istiqomah beribadah kepada Allah. Keluarga yang bahagia, damai, dan sejahtera akan memberikan ketenangan pikiran dan hati, sehingga seorang lelaki dapat fokus dalam menjalankan kewajiban agamanya. “Api neraka” berupa konflik internal keluarga, kesulitan ekonomi, atau masalah kesehatan yang berkepanjangan dapat menguras energi dan fokus, sehingga ibadah menjadi terasa berat dan sulit untuk dipertahankan. Dengan menciptakan kebahagiaan di dunia melalui pemenuhan kebutuhan keluarga, menciptakan momen kebersamaan yang berkualitas, dan membangun komunikasi yang harmonis, seorang lelaki secara tidak langsung membuka jalan bagi dirinya dan keluarganya untuk lebih dekat dengan Allah.

Pada akhirnya, skala prioritas seorang lelaki yang berorientasi pada penjagaan diri dan keluarga dari “api neraka” dunia bukanlah sebuah tujuan akhir, melainkan sebuah proses berkelanjutan yang bermuara pada kebahagiaan hakiki di akhirat. Keluarga sakinah, kesejahteraan, kesehatan, dan pendidikan yang baik adalah bekal dan kendaraan yang akan mengantarkan mereka menuju ridha Allah. Pilihan-pilihan yang diambil seorang lelaki dalam hidupnya, dengan perhitungan yang matang dan dilandasi oleh ilmu dan keimanan, akan menentukan apakah ia mampu memadamkan “api neraka” dunia dalam keluarganya dan menggantinya dengan cahaya kedamaian dan keberkahan. Dengan demikian, prioritas utama seorang lelaki bukan hanya sekadar menjaga diri dan keluarga dari siksa neraka kelak, namun juga aktif membangun “surga” di dunia melalui keluarga yang harmonis, sejahtera, terdidik, dan bahagia, sebagai manifestasi dari ketaatan dan cinta kepada Sang Pencipta.***

 

Related posts