MENCARI ETIKA

(pdlFile.com) Saya tidak mengerti di dalam kurikulum sekolah sekarang ini tak ada lagi mata pelajaran ‘etika’. Etika adalah sebuah sikap yang selalu merasa rendah di hadapan Allah, atau perasaaan yang selalu membutuhkan Allah. Di dalam kehidupan, peranan etika ini mengisi 90 persen daripada ajarannya. Bahkan setiap waktu, dalam kondisi dan situasi apapun yang menyangkut urusan kehidupan selalu berkaitan dengan etika. Etika juga terjadi bukan hanya pada persoalan kebaikan saja, di dalam kemaksiatan pun terjadi.

Melihat baik buruknya seseorang, dilihat dari bagaimana etikanya. Orang Jawa misalnyam melihat etika sebagai kedudukan yang luhur. Misalnya antara orang tua dan anak, dalam menggunakan kaidah makan saja, bagi orang tua kalau mau menyuruh pada anaknya yang masih kecil, dibilangnya “maem”, agak menginjak dewasa sedikit, “mangan”, dan sudah dewasa disebutnya dengan “madang”. Akan tetapi sebaliknya, kalau dari anak ke orangtua, menyebutnya adalah dengan “nedo”, dahar. Dan contoh lain berbicara tentang ‘duduk saja’, kalau dari yang lebih muda ke orangtua bilangnya bisa “lenggah”, tapi kalau dari orangtua ke yang lebih muda bilangnya adalah “lungguh” atau “pinarak”. Semua itu adalah contoh etika..

Likulli maqomin adabun (setiap tempat itu ada etikanya). Rasululllah adalah orang yang selalu menjaga etika. Pernah mendengar bagaimana kisah Nabi Musa AS yang tidak menjaga etika di hadapan Allah. Yakni ketika ia minta kepada Allah untuk bisa melihat wajahNya. Akibatnya ia pingsan. Wajar saja Nabi Musa ‘ketlorok’ (menerima akibat dari kesalahan bersikap) – karena bagaimana mungkin seorang hamba –manusia- ingin melihat Allah? Kejadian serupa juga pernah terjadi kepada Nabi Adam AS., dimana ketika nabi Adam sudah diangkat menjadi kekasihNya malah ingin mejadi malaikat, alhasil ia diturunkan ke dunia.

Sesungguhnya, siapa orang yang bisa menetapi ‘unggah-ungguhnya’ etika (adab) maka ia akan menetapi tempat dekat kepada Allah. Ini sama halnya dengan juragan dengan pembantunya. Karena sebagai pemabantu ia selalu pandai menjaga adab etika, maka sampai-sampai terkadang kemana pun juragan itu pergi, pembantu itu selalu diajak.

Sebaliknya siapa yang selalu menyia-nyiakan etika maka ia akan diposisikan jauh dari Allah. Atau justru yang paling membahayakan adalah ketika sebenarnya ia sudah jauh dari Allah, tapi perasaannya dekat. Ini namanya tertipu. Banyak orang yang tidak punya etika maka disuruh menjauh sebagaimana yang dilakuakan terhadap anak kecil. Begitu anak kecil yang suka mengganggu orangtuanya yang sedang ada tamu, maka anak kecil itu cepat-cepat diberi uang, padahal sebenarnya adalah agar anak kecil itu menjauh dan tidak mengganggu lagi. Ini sama halnya dengan orang yang berwirid kepada Allah, lantas diberi mimpi bisa bertemu kepada para wali, atau para alim ulama, dan begitu senangnya lantas ia cerita-ceritakan kepada banyak orang tentang mimpinya itu. Seakan dia benar begitu bangga dan sudah dekat dengan Allah. Bahkan pada kronisnya ia akan terus diberi pengalaman-pengalaman mistis yang justru semakin melupakanNya. Hal semacam ini kadang tidak sadar, perasaan dekat tapi jauh. Sebenarnaya ditolak, tapi perasaannya diterima.

Hati-hati dengan etika, berkata Abdullah Muhammad bin Khafif Assirodji, ibunya dari Naisabur daerah Iran, tempatnya di desa Siroj, yang termasuk pejabat yang ahli fiqih kemudian masuk tasawuf dan memasuki zuhud (meninggal 371 H, sebelum Imam Ghazali 505 H); berkata syeh Ruai (Syeh abdu Muhammad Ruai bin Ahmad Baghdadi (303H), “Ya bunayya, ij’al amalaka milkhan,”, – wahai anak Adam jadikanlah amal kamu itu seperti garam -, katanya.

Begitu kita perlu waspada dan hati-hati ini terhadap urusan etika, sebab sudah tentu kalau yang salah itu etika  secara lahir hukumannya akan secara lahir, dan apabila yang salah itu etika secara batin maka akibat yang muncul adalah juga secara batin.

Dalam ilmu tasawuf, biasanya dan kebanyakan orang yang belajar kehidupan akan selalu naik turun, tapi selama itu masih selalu berharap kepada Allah, menjaga etika sebaik-baiknya di hadapanNya, maka ia akan tetap kembali dan ditarik oleh Allah. *** (Mustaqiem Eska)

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *