(pdlFile.com) Murmansk, sebuah kota di Rusia yang terletak di Lingkar Arktik, menawarkan pengalaman Ramadhan yang unik bagi umat Muslim. Karena letak geografisnya yang ekstrem, durasi siang hari di Murmansk sangat bervariasi tergantung musim. Pada musim dingin, kota ini mengalami fenomena “malam kutub” di mana matahari tidak terbit sama sekali selama beberapa minggu. Sebaliknya, pada musim panas, matahari bersinar hampir 24 jam sehari. Fenomena durasi puasa yang sangat singkat di wilayah Lingkar Arktik, Murmansk, Rusia, memunculkan pertanyaan dan diskusi menarik di kalangan ulama. Kondisi geografis ekstrem ini menantang pemahaman tradisional tentang waktu puasa yang didasarkan pada terbit dan terbenamnya matahari.
Kondisi geografis Murmansk berdampak langsung pada durasi puasa. Pada bulan Desember, misalnya, selisih waktu antara Zuhur dan Asar sangat singkat, bahkan hanya beberapa menit. Hal ini menyebabkan durasi puasa menjadi sangat pendek, terkadang hanya sekitar satu jam.
Umat Muslim di Murmansk menghadapi tantangan unik dalam menjalankan ibadah puasa. Mereka harus menyesuaikan diri dengan durasi siang hari yang ekstrem dan jadwal shalat yang tidak biasa. Beberapa umat Muslim memilih untuk mengikuti jadwal puasa kota terdekat dengan durasi siang hari yang lebih normal, sementara yang lain tetap mengikuti jadwal lokal.
Meskipun durasi puasa di Murmansk sangat singkat, umat Muslim di sana tetap menjalankan ibadah dengan penuh keimanan. Mereka juga menunjukkan toleransi yang tinggi terhadap perbedaan durasi puasa dengan umat Muslim di daerah lain.
Secara umum, para ulama sepakat bahwa kewajiban puasa tetap berlaku bagi umat Muslim di wilayah tersebut. Namun, perbedaan pendapat muncul dalam menentukan waktu imsak dan berbuka. Berikut beberapa pandangan yang berkembang: Pertama, dengan mengikuti waktu terdekat. Sebagian ulama berpendapat bahwa umat Muslim di wilayah tersebut dapat mengikuti waktu imsak dan berbuka di wilayah terdekat yang memiliki durasi siang dan malam yang normal. Pendapat ini didasarkan pada prinsip kemudahan (taysir) dalam agama Islam.
Kedua, mengikuti waktu Makkah atau Madinah. Ada juga ulama yang berpendapat bahwa umat Muslim di wilayah tersebut dapat mengikuti waktu imsak dan berbuka di Makkah atau Madinah, sebagai kota-kota suci yang menjadi kiblat umat Islam.
Ketiga, Menggunakan Perkiraan Waktu. Beberapa ulama kontemporer mengusulkan penggunaan perkiraan waktu berdasarkan perhitungan astronomi untuk menentukan waktu imsak dan berbuka. Pendapat ini mempertimbangkan kondisi geografis ekstrem yang membuat penentuan waktu secara tradisional menjadi sulit.
Tantangan Fiqih
Fenomena puasa satu jam di Lingkar Arktik memunculkan beberapa tantangan fiqih, antara lain:
- Penentuan Waktu Imsak dan Berbuka:
- Kondisi geografis ekstrem membuat penentuan waktu imsak dan berbuka menjadi sulit. Hal ini memunculkan perbedaan pendapat di kalangan ulama tentang metode yang paling tepat.
- Kapasitas Fisik:
- Durasi puasa yang sangat singkat atau sangat panjang dapat memengaruhi kapasitas fisik seseorang. Ulama perlu mempertimbangkan hal ini dalam memberikan fatwa.
- Keabsahan Ibadah:
- Perbedaan pendapat di kalangan ulama memunculkan pertanyaan tentang keabsahan ibadah puasa yang dilakukan dengan metode yang berbeda-beda.
Murmansk adalah contoh menarik bagaimana kondisi geografis dapat memengaruhi praktik keagamaan. Pengalaman Ramadhan di kota ini mengingatkan kita akan keragaman umat Muslim di seluruh dunia dan kemampuan mereka untuk beradaptasi dengan kondisi yang berbeda-bedaPandangan ulama tentang puasa di Lingkar Arktik menunjukkan fleksibilitas dan adaptabilitas hukum Islam dalam menghadapi kondisi yang berbeda-beda. Diskusi dan ijtihad terus dilakukan untuk menemukan solusi yang paling sesuai dengan prinsip-prinsip syariah dan kondisi umat Muslim di wilayah tersebut. (mustaqiem eska)